JAKARTA - Tim DVI mengerahkan sebanyak 306 personel dari Polri, TNI, Kementerian Kesehatan, dan Ikatan Dokter Ahli Forensik Indonesia untuk mengidentifikasi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan Tim DVI sudah menerima 16 kantong jenazah yang berisi body part korban, tiga kantong berisi properti korban, serta 40 sampel DNA dari pihak keluarga korban.
“Sejauh ini Tim DVI belum mendapatkan kesulitan dalam proses identifikasi” kata Rusdi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (11/1/2021)..
Menurut Rusdi, data antemortem akan terpusat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Saat ini ada tiga posko antemortem, yakni di Tanjung Priok (Jakarta Utara), Bandara Supadio Pontianak (Kalimantan Barat), dan di RS Polri (Jakarta Timur).
"Data yang ada semua akan diverifikasi oleh tim DVI, sehingga dipastikan tidak ada data ganda, ujarnya.
Data antemortem merupakan data korban sebelum meninggal dunia seperti nama, umur, berat badan, tinggi badan, pakaian ataupun aksesoris lain yang digunakan terakhir oleh korban sebelum meninggal dunia.
Kemudian, data medis seperti warna kulit, warna dan jenis rambut, golongan darah, serta tanda-tanda spesifik pada korban.
Setelah data antemortem terkumpul, kemudian dicocokkan dengam data postmortem.
Seperti diberitakan, pesawat Sriwjaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Sabtu sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Pesawat mengangkut 62 orang, yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat keluar jalur penerbangan, yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40 WIB.
Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat. Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak hingga akhirnya jatuh. (hy)